RIP Yut Jalal

Kamis, saat aku nerima kabar kalo buyut (kakek) Jalal sudah almarhum, ada rasa bersalah menusuk-nusuk. Di ambang hidupnya, yang seharusnya kami mengantar, kesibukan telah memperdayai. #ahLebay
Jadi ceritanya, kakekku itu sakit keras sejak bulan puasa. Kebetulan aku kan pulang tuh tiap lebaran, jadinya ya nyempatin lah nengok-njenguk gitu. Rumahnya juga nggak terlalu jauh juga kok dari rumahku. Ya 20-an kilometer lah. Tapi untuk orang 21 tahun seukuran aku yang nggak pernah mengenal jalanan kota Jember, nyasar mungkin jadi jawaban
akhirnya. Makanya, aku kesono sama kakakku yang tinggal di Sumenep yang kebetulan juga pulang (enggak kebetulan sih, kan tiap taon pasti pulang, lebaraaan men), bapak, sama ibu, berempat motoran.
Entah penyakit apa yang diidap kakekku sampai-sampai beliau cuma bisa berbaring di kamar, bahkan untuk makan minum saja butuh bantuan tangan orang lain. Ya, mungkin begitulah kelak aku dan kau (suka dancau, malah iklan).
Mendengar kabar almarhum beliau, alfatihah langsung kukirimkan. Ingatan-ingatan masa kecil langsung berdatangan, bergerombol, banyak sekali. Aku ingat banget waktu dikasi oleh-oleh ayam-ayaman dari kertas yang dibentuk semirip mungkin dengan ayam yang sesungguhnya, hasil karya tangan beliau. Yang bikin lucu adalah saat aku pulang naik angkot bareng bapak. Diliatinnya ayam-ayaman tadi oleh semua mata yang ada. Lucu lah, kenapa juga ayam dibawanya dengan cara dipegang layaknya buku atau laptop gitu. Ayam kan biasanya dimasukan ke keranjang ayam atau paling nggak diiket lah. Ya mungkin karena bentuknya yang mirip banget sama ayam beneran, orang kemudian ngira yang dipegang bapak adalah ayam, bukan ayam-ayaman.
Kebaikan beliau bukan lagi soal berapa banyak dan berapa sering. Tapi keikhlasan dan rasa bangga jika membantu orang lain, bahkan soal memberi ontalan (semacam oleh-oleh untuk anak kecil yang bersilaturrahmi, terutama di hari lebaran). Kami, para anak-anak akan dengan senang menerimanya. We love you, Yut.
Lalu, tadi bakda isyak, ada telpon masuk dari bapak
Cong (Nak), yang almarhum bukan kakekmu!”
“Lha trus siapa, Pak?”
“Nenekmu, istri kakekmu itu. Bukan kakekmu yang sakit parah itu, tapi istrinya yang sehat-sehat aja itu. Aku baru kesana tadi siang, Cong.”
Tutt tuuut. #NelenHP
Gimana nggak kaget coba. Nenekku yang sehat-sehat aja, lebih dulu dipanggil daripada suaminya yang terbaring sakit.
Benar apa yang dipesankan bapak dulu. “Bahwa selama ada kesempatan, gunakan sebaiknya, karena segala sesuatu kadang terjadi diluar perkiraan. Maka siap-siaplah!”
Lalu, telpon dari bapak masuk lagi,
“Skripsimu gimana, Cong?”


#OhMyGod

0 comments:

Post a Comment