Hey! Kenalin, saya Ubed.
Mahasiswa semester akhir yang setengah sibuk dengan skripsinya yang nggak
kelar-kelar. Badan kurus, cuma 50 kg mentok! Tapi (belakangan) saya suka
jalan-jalan gitu. Ngopi juga. Kenalin juga temen saya, Ilham namanya. Mahasiswa
paling dihormati di fakultasnya, kuat, dan artistik. Dia suka banget naik
gunung. Dari semua gunung yang ada di pulau Jawa ini, cuma gunung Salak yang
masih perawan bagi dia. Ya, dialah sang Avatar: Pengendali Gunung.
Singkat cerita, kita mau
mendaki gunung Sikunir, Wonosobo. Padahal saya belum pernah mendaki. Tapi
Sikunir cocok buat pemula kayak saya karena untuk sampai ke pucak nggak sampe 1
jam jalan kaki. Jadilah, sabtu, 20 Sepetember adalah kali pertama saya mendaki
gunung. Dari Jogja, jam 8 pagi, berempat, saya, Bang Ilham, Tri temen kost saya,
sama Evi, istri Bang Ilham yang ternyata adik angkatan jurusan saya, kita naik
motor 6 jam. Dengan cuaca panas dingin yang parah, tangan sama kaki saya
belang! gara-garanya? Ya kamu tahu lah. Udah gitu, pas masuk Kab. Temanggung saya
kena tilang! Lucunya, saya sama pemilik motor sama-sama nggak bawa duit. Gila
bingungya.
Okedeh, kita tinggalin soal
tilang. Jam setengah 3an kita nyampe di Desa Sembungan. Desa tertinggi di pulau
Jawa! Suhu di situ sekitar 20°C. Nah, di sini yang nggak boleh kamu lewatin
adalah danau Cebong yang nampak eksotis banget. Di sore hari atau pagi hari
dengan suhu sedingin itu, menimbulkan efek embun di sekitaran danau. Perfect
picture!
Nah, ini lucu yang kedua. Saya
kira adzan ashar sebentar lagi. Dengan PD nya saya asharan tuh jam 3 an lebih.
Parahnya, itu salah besar, Bro! Karena ashar di sana jam setengah 5. Gila! Ini
saran saya ya, Bro. Kalo kamu pada lagi di tempat asing, jangan sok-sok PD deh.
Camkan itu! Hehehee.
Lanjuuut! Jam 5an gitu kita
mulai naik ke puncak gunung Sikunir. Karena kata pak penjaga warung, malam
minggu biasanya rameee banget. Tapi baru pada naik sekitar jam 7-8an gitu. Di
sinilah momennya kalo kamu naik sebelum hari gelap. Kabut yang mulai penuh di
sekitar menjadikannya pemandangan yang pas dan sayang sekali kalo kamu lewatin.
Foto-foto gitu. Tapi jangan lupa ngadep ke bawah. Jurang!
Nah, ini lucu yang ketiga. Pas
naik, kita ketemu cowok cewek juga naik. Sepasang kekasih mungkin. Tapi dari
penampilannya mereka bukan untuk mendaki gunung. Bayangin aja. Baju yang di
pake mereka nggak ada hubungannya sama acara gunung, Bro. Hak tinggi, nggak
bawa perlengkapan mendaki, tasnya aduh ampun dah. Sumpah saya kasian banget
sama tuh cewek. Makanya kamu kudu inget ini: jangan pernah ngajakin pasangan kamu
ke suatu tempat tanpa persiapan matang, bahaya! #IngetDiri.
Oke, lanjuut. Hari makin
gelap. Kabut mulai tebal. Pelan, gerimis mulai turun. Ya iyalah, September
gitu. Berempat kita mulai bingung. Bertiga ding, Bang Ilham kan udah jadi sang
Avatar: Pengendali Gunung. Hujan turun tapi tenda belum juga berdiri. Akhirnya
kita pun basah. Semuanya serba basah. Tidur basah. Baju semua basah. Entah
gimana sama cewek berhak tinggi tadi. Hop! Semua tidur. Semua lelap. Kecuali
yang nggak saya tahu pas saya tidur. (Kalimat yang terakhir ini jangan dipikir
ulang!).
Subuh, saya bangun dalam
keadaan menggingil. 50 kg di 13°C gitu. Sikunir mulai rame pendaki lain. Dari
bawah suara mulai bersahutan mengawali aktifitas minggu pagi. Nah ini lucu yang
keberapa udah, keempat. Ternyata kita ndiriin tenda itu di tempat yang
berbahaya! Tanah gembur, di atas tebing, dan bukan di puncak! #ElusDada
Dengan kondisi badan lemas, saya
paksain naik lagi ke puncak. Sunrise dateng barengan sama saya nyampe di
puncak. Dengan perjuangan lumayan panjang gitu (tapi emang sih), negeri di atas
awan akhirnya bisa saya nikmatin sepuasnya. Bukit-bukit sekitar cuma terlihat
ujungnya doang. Si kembar Sindoro-Sumbing begitu menawan di kejauhan.
Sawah-sawah berbentuk kotak kecil meyakinkan, ini bukit bak piramid. Sikunir
emang luar biasa. Gunung “baru” yang cuma 2000an mdpl. Menikmati panas dingin
yang senyatanya, yang nggak pernah saya rasain sebelumnya.
Tangan
boleh gemetar. Baju boleh basah. Motor boleh kena tilang. Tapi perjuangan saya
nggak bakal pernah sia-sia! Sebelas duabelas lah sama pas kamu nembak gebetan kamu.
Kamu rasain aja sensasinya, begitu jauh dari alam kira-kira. Ya, surga emang
ada.