50 Ribu Menggila

Pagi sekali, pesan singkat masuk di HP saya. Isinya soal Ila, adik ipar, yang baru saja nyampe di Jogja. Kedatangannya boleh dibilang setengah kejutan setengah engak sih. Seminggu kemaren dia udah pernah berkabar bakal dateng ke Jogja, tapi siapa sangka kalo minggu subuh ini saya harus menjemputnya di stasiun? Tak apalah, namanya juga saudara, cewek lagi.
Singkat cerita, 15 menit bergegas, kita udah nyampe di kost. Maklum lah, secara, Fino FI. Baru, lagi. Tapi pinjem. #kasianBangetSih Rupanya sifat penasarannya masih melekat. Belum apa-apa, dia udah minta cepat-cepat dianterin kesana kemari. Padahal, minggu kan waktu yang pas buat bermalas-malasan di kost. Well, mari kita jalan-jalan aja.
Pukul 9-an lah, kita berangkat tanpa tahu enaknya kemana dulu. Ok, ATM dulu. Parahnya, saya lupa di ATM hanya menyisakan 80 ribu, praktis, cuma 50 ribu bisa saya gunakan. Pikiran saya mulai banyak bermunculan mimpi-mimpi buruk. Secara, saya kan cowok. Masa iya adik cewek samping Fino FI itu yang kudu bayarin ini itu? Alhasil, kita asal jalan aja.
Tujuan pertama adalah, Taman Sari di samping alun-alun utara. Taman yang tidak hanya dikenal karena nilai artistiknya belaka, namun juga nilai historis dan keunikan coraknya yang jauh dari nuasa jawa. Sumpah, lokasi ini gokil abis, bener-bener gila. Gimana nggak bikin puas coba, cuma dengan tiket masuk 5 ribu, kita udah bisa nyegerin mata. Di sepanjang bangunan, dipenuhi dengan tumbuhan dan bunga-bunga. Apalagi di pagi begini, masih lumayan sepi. Puas dengan fota-foto sana-sini, jalan-jalan dadakan ini dilanjutkan. 

Taman Sari

Jam 11 siang, saatnya isi perut. Ada tempat makan yang mulai menjadi favorit saya belakangan ini. Kupat tahu Pak Budi di tenggara kantor Wali Kota. Hanya dengan 7 ribu, kupat tahu legendaris Jogja itu bisa kita nikmati. Kenyang, kita pulang dulu, shalat dzuhur, istirahat, sambil mikir kegiatan selanjutnya ngapain.
Pukul 13.00 kita lanjut ke daerah utara Jogja, entah apa namanya, yang jelas biasa dipake untuk pemandian umum. Lets go, kita meluncur ke sana tapi dengan rute yang berbeda. Karena saya tidak mau berpanas-panas nggak ria di jalan yang penuh dengan kendaraan. Rute ini adalah jalan perkampungan, jadi biarpun siang bolong, tapi enggak sepanas jalan sebelah. 25 menit perjalan, kita sudah sampai.
Pemandian ini berbeda dengan pemandian lainnya. Air yang ada di kolam berasal dari sumber langsung yang keluar dari bawah kolam. Bisa dibayangin kan segernya itu air? Nggak usah mikir lama-lama, langsung nyebuuur. Dengan pijakan berupa pasir dan beberapa batu besar, kenikmatannya tidak bisa dibandingin sama kolam renang biasa. Ya mungkin setara lah sama kalo kita mandi pake air galon gitu lah. Secara kan, airnya update terus. Beberapa ikan kecil juga sengaja dibiarkan hidup. Puas satu jam berenang, jalan-jalan dadakan kita lanjutkan. Eits, tapi bayar parkir dulu, cuma 1 ribu doang. Murang banget kan, renang sepuasnya cuma 1 ribu, itupun juga kalo ada abang-abang tukang parkirnya. Kalo pun ada, kadang juga nggak diminta. Jozz lah!

Pemandian Umum Maguwo

Tujuan selanjutnya adalah Pantai Parangtritis di ujung selatan provinsi. Membutuhkan 1 jam lebih perjalanan untuk sampai ke TKP. Karena, lagi-lagi rute berbeda kita ambil. Kali ini jalan Imogiri Timur-Pangang-Parangkusumo kita gunakan sebagai rute keberangakatan. Tapi, bukan jalan utamanya. Karena kita lebih memilih melewati jalan perkampungan yang biasa saya lewati. Yang ini tidak saya anjurkan buat kalian yang tidak kenal rutenya! Di sepanjang jalan ini, kita bisa sekalian menikmati indahnya panorama Kota Jogja di siang hari. Ya mirip-mirip lah sama Bukit Bintang di Jogja atau Caringin Tilu di Bandung. Soundtrack Ninja Hatori mungkin cocok untuk menggambarkan rute ini.
Perjalanan dari arah timur sebenarnya bagus juga. Pemandangan pantai di sepanjang jalan setelah Parangkusumo hingga Parangtritis menambah kenikmatan perjalanan ini. Untuk bisa masuk ke Pantai Parangtritis, 5 ribu adalah nilai yang harus dikeluarkan untuk tiap orang dan 2 ribu untuk parkit motor. Gila banget kan murahnya.
Menikmati pantai yang konon mistis ini, sambil menunggu sunset tiba, sungguh luar biasa rasanya. Dengan arus ombak yang lumayan tenang di sore hari, desiran pantainya, yang kata adik ipar saya, bernada, ditambah dengan kondisi pantai yang begitu bersih, tak pernah memudarkan kekaguman saya pada pantai ini. Puas bermain air dan bersunset di Parangtritis, saatnya pulang. Karena nanti kita akan ke 0 km kota Jogja.

Pantai Parangtritis



Pukul 19.00, kopi joss time! Lokasinya persis di utara stasiun Tugu. Kopi joss yang cuma 3 ribu ini adalah kopi biasa yang dicampur dengan arang menyala. Wuiih, bayangin coba. Kopi joss ini memiliki kadar kafein yang rendah lantaran keberadaan arangnya itu yang menjadi karbon aktif, beruna untuk mengikat polutan dan racun. Jozz banget kaaan? Di sini sekalin makan malam. Nasi kucing hanya 2 ribu per porsi. Kenyang banget. Tambah jozz lagi kan?

Kopi Joss Dengan Arang Membara

Jalan-jalan di lanjutkan ke Alun-alun Selatan atau lebih dikenal dengan Alun-alun Kidul atau orang menyingkatnya dengan alkid. Di sini berdiri dua pohon beringin kembar yang begitu besar. Mitosnya, kalau kita bisa berjalan lurus dengan mata tertutup untuk melewati pohon itu, maka rezeki akan lancar. Kalian percaya? Yang pasti adik ipar saya itu bisa melewatinya.

Legenda Pohon Beringin Kembar Alkid

Selesai Alun-alun Kidul, saatnya jalan-jalan menghabiskan minggu malam di jantung kota. Di sana sudah ada beberapa teman yang menunggu. Seperti biasa, kita menyelesaikan kegiatan weekend di sini, di depan Monumen Serangan Umum Sau Maret, di bawah kaki raksasa berwarna merah dengan tinggi 5 m.

Patung Kaki

Jalan-jalan kesana kemari kenapa nggak pake ngisi bensin? Mungkin itu pertanyaan kalian, wajarlah. Tapi jangan salah, kan udah tak ceritain di depan, mengandalkan Fino FI teman yang nganggur itu kita bisa jalan-jalan sepuasnya, karena iritnya yang luar biasa. Perjalanan kita ini buktinya. Lebih dari itu, kalian mungkin nggak percaya pas liat isi dompet yang masih menyisakan beberapa lembar ribuan. Jogja+Fino FI memang istimewa!

Tips penting untuk bisa jalan-jalan di Jogja dengan dana terbatas:
  1. Bawa air mineral sendiri dari rumah
  2. Berwisata di jam yang tepat, karena banyak lokasi yang di jam segini murah di jam lagi lebih mahal
  3. Gunakan rute yang nyaman, santai, dan tentu saja, yang aman.
  4. Kalau duit menipis, di Jogja banyak tempat gokil yang cuma berbayar untuk parkir saja, itupun kalo ada abang-abang tukang parkirnya
Tulisan ini ditujukan untuk mengikuti kontes yang diadakan oleh kemanapunasyik.com. Sebaiknya kalian juga nonton video ini. Mungkin aja bisa menginspirasi. Have fun!